Ziarah 1 Suro Di Petilasan Sri Aji Joyoboyo, Kediri

http://www.tribunnews.com/regional/2013/11/05/ribuan-warga-padati-petilasan-joyoboyo

Laporan Wartawan Surya, Didik Mashudi

TRIBUNNEWS.COM,KEDIRI – Ribuan warga masyarakat dari berbagai daerah memadati petilasan Sri Aji Joyoboyo di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Selasa (5/11/2013).

Sesuai dengan adat  tahun baru 1 Muharam dilaksanakan ziarah di areal yang diyakini tempat pamuksan Sri Aji Jayoboyo.

Selain digelar ritual adat kejawen sebelumnya juga ada arak-arakan budaya dengan peserta berpakaian busana adat Jawa.

Di areal pamuksan juga digelar ritual dengan membakar dupa dan kemenyan serta selamatan.

Kegiatan ini digelar Yayasan Hondodento,Yogjakarta.

Masyarakat hanya bisa menyaksikan jalannya prosesi ritual dari luar pagar.

Kegiatan ini merupakan bentuk pelestarian budaya leluhur dilestarikan sejak dulu sampai sekarang.

Ziarah Labuhan 15 Suro 1947 Alip, Yogyakarta

Labuhan ke-40 pada saat 15 Suro 1947 Alip

http://www.lensaindonesia.com/2013/11/19/ribuan-orang-berebut-sesaji-labuhan-hondodento-di-pantai-parangkusumo.html

LENSAINDONESIA.COM: Meski hujan lebat mengguyur Pantai Parangkusumo, tak menyurutkan ribuan orang berebut sesaji dari Labuhan Hondodento, Selasa (19/11/2013).

Uba rampe (Perlengkapan) sesaji yang dilabuh terdiri pisang sanggan lengkap dengan kinang ayu, kain parang barong, kain semekan gadung melati dan berbagai macam bunga seperti melati, mawar dan kenanga.

“Saya hanya dapat bunga kenanga. Ini akan saya simpan supaya pekerjaan saya lancar,” kata Ismoyo, pekerja bangunan dari Kulon Progo yang ditemui LICOM.

Dalam labuhan ini, gelombang laut selatan cukup besar dan airnya berwarna kecoklatan. Anggota SAR dari Parangtritis yang mendapat tugas melarung berbagai benda ke tengah laut itu, harus melawan ganasnya gelombang. Dengan pelampung di dada akhirnya mereka bisa membawa barang-barang yang dilarung ke tengah laut.

Ombak akan membawa kemabali barang-barang ini ke pantai. Saat itulah orang-orang kemudian berebut untuk mendapatkan barang-barang yang sudah dilarung.

“Upacara labuhan Hondodento ini melibatkan 107 petugas dan bekerjasama dengan Karang Taruna Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul. Yag hadir para anggota perwakilan dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY,” kata Moelyadi Eko Saputro, Sekretaris Yayasan Hondodento.

Menurut Moelyadi, Yayasan Hondodento yang bergerak dibidang kebudayaan dan kemasyarakatan, selalu ingin melestarikan nilai-nilai budaya bangsa. Ini merupakan labuhan ke 40 yang diadakan tiap tanggal 15 Suro atau Muharam.

“Tujuan dari labuhan ini untuk merenung dan mengenang kebesaran raja-raja jaman dulu. Semua diambil hikmahnya,” tambah Moelyadi.

Sesaji yang disiapkan untuk labuhan berupa tumpeng rombyong, jajan pasar, jenang, tumpeng megono, nasi ambengan, nasi punar, nasi gurih, apem dan bunga setaman. Sebelum melabuh, anggota Hondodento berkumpul lebih dulu di joglo Parangkusumo. Tepat pukul 09.45 WIB, rombongan bergerak menuju pantai dengan guyuran hujan.

Sesampainya di pantai, para anggota Hondodento duduk bersila di pasir. Guyuran hujan lebat tidak dirasakan, sehingga membuat basah kuyup. Juru kunci Parangkusumo Surakso Atmojo memimpin labuhan.@teguh_ra

—————————————–

http://kr.co.id/read/194269/yayasan-hondo-dento-gelar-labuhan.kr

BANTUL (KRjogja.com) – Ribuan orang mengikuti prosesi labuhan yang digelar Yayasan Hondo Dento Yogyakarta di Parangkusumo Kretek Bantul, Selasa (19/11/2013). Mereka sebagian besar ingin mencari berkah dari sejumlah benda yang dilabuh ke laut. Dengan acara yang digelar setiap pertengahan Bulan Sura diharapkan mampu memberikan rasa kenyamanan dalam hidup. Hal tersebut disampaikan Sekretaris Yayasan Hando Dento Yogyakarta, Mulyadi di sela acara.

Mulyadi mengatakan, labuhan handa dento merupakan tradisi tahunan dengan melabuh sejumlah benda, diantaranya kain parang barong, pisang sanggan serta sejumlah benda lainnya. “Barang yang kami labuh ke lautan semua baru, itu bentuk syukur kami,” ujarnya.

Menurutnya, dengan labuhan tersebut diharapkan masyarakat semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena menurut Mulyadi, semua kenikmatan yang dirasakan manusia merupakan karunia tuhan dan tidak semestinya manusia itu menyombongkan diri.

Dalam labuhan tahun merupakan yang ke-40 dengan peserta berbagai latar belakang agama. Peserta larut dalam kekhusukan doa di tepi Pantai Parangkusumo Parangtritis Kretek Bantul. Prosesi labuhan dimulai ketika doa dipanjatkan dengan seorang pemimpin.
Selanjutnya satu persatu peserta dalam ritual tersebut memanjatkan keselamatan. Setelah itu barang yang sebelum disimpan dalam baki dilabuh ke laut oleh puluhan personel SAR Parangtritis Kretek Bantul.

“Esensi dari labuhan tersebut bagaimana sebuah budaya kebaikan tetap lestari di masyarakat,” ujarnya. Menurutnya labuhan tidak hanya digelar di Parangkusumo, namun 1 Sura juga digelar di Kediri. (Roy)