Impian Maya : FreeTalk bersama Penerbit StilettoBook

Nyaris tenggelam dalam kesibukan di dunia kerja, tiba-tiba penerbit Stiletto Book menawarkan Free Talk pada saya, untuk mempromosikan buku ini lebih lanjut.

Wawancara ini dapat dilihat di http://stilettobook.com/freetalk-bersama-nuning-soedibjo-penulis-novel-impian-maya.html

Atau dapat langsung dilihat disini.

Maya Arzelianty, seorang gadis tunarungu yang harus menghadapi pahitnya hidup di dunia nyata. Terlahir sebagai penyandang tunarungu tidak membuat orang tua Maya memanjakan anaknya. Maya harus berjuang berkali-kali lipat lebih keras agar bisa sejajar bahkan menyaingi orang normal. Tidak hanya itu, kehidupan cinta Maya juga penuh dengan ujian. Dia terjebak di antara tiga laki-laki yang mencintainya. Impian Maya, adalah novel yang ditulis oleh Nuning Soedibjo, seorang desainer di sebuah perusahaan konsultan arsitektur interior di Jakarta. Nuning memiliki ketertarikan yang mendalam terhadap penyandang difabel.

Mau tahu lebih banyak tentang Nuning Soedibjo dan Impian Maya? Yuk, simak obrolan Stiletto dengan Nuning Soedibjo!

—-

Stiletto Book (Q): Hai, Mbak Nuning, selamat atas terbitnya novel Impian Maya! Cerita sedikit dong, Impian Maya ini tentang apa? 🙂
Nuning Soedibjo (A): Iyaa.. Terima kasih, Stiletto! Impian Maya ini bercerita tentang perjuangan seorang gadis tunarungu di dunia normal, mulai dari masa kecil hingga dia bekerja. Seperti apa rintangan-rintangannya. Tidak hanya membahas sudut pandang difabel dari kalangan mampu, Impian Maya juga mengupas dari segi kebanyakan ekonomi tidak mampu. Juga terdapat kisah cintanya, bahwa kadang perempuan difabel tunarungu dapat dimanfaatkan oleh beberapa oknum yang tidak bertanggungjawab. Cerita ini bermaksud untuk menginspirasi dan mengedukasi seluruh lapisan masyarakat dalam menghadapi masalah difabel.

Stiletto Book (Q): Wah.. menarik sekali ceritanya. Bagaimana, sih, awalnya sampai muncul ide cerita Impian Maya?
Nuning Soedibjo (A): Semasa kuliah, saya punya teman kuliah yang tunarungu. Kadang-kadang dia curhat tentang kesulitannya, membuat saya semakin tergugah untuk menulis sebuah kisah yang mengangkat difabel, yang mendekati realitas. Selama ini, sebagian besar cerita fiksi yang mengangkat difabel terlalu dramatis menurut kaum tuli. Misalnya. Di sebuah film dikatakan seorang gadis tunarungu, dia sakit parah dan harus menghadapi sakratul maut. Adegan ini kan sudah pasti membuat penonton menjadi terenyuh hatinya dan ini pasti dapat menaikkan rating. Padahal orang tuli pasti punya cerita perjuangan tersendiri. Tidak sedih melulu.

Saya ingin membuat sebuah kisah fiksi. Selama ini, yang beredar pasti buku based on true story, biasanya dari sudut pandang orang yang tidak benar-benar memahami perasaan seorang difabel (baca: orang yang bisa mendengar atau ibunya). Mengapa tak pernah ada novel yang benar-benar membahas itu dari sudut pandang anaknya sendiri, yang bahkan tuli sejak lahir?

Stiletto Book (Q): Mengapa tertarik menulis cerita tentang anak difabel, Mbak?
Nuning Soedibjo (A): Saya ingin menyajikan kisah perjuangan difabel dari sudut pandang yang berbeda. Tidak stereotip.

Stiletto Book (Q): Setuju sekali, Mbak. Saat ini masih banyak sekali stereotip terhadap teman-teman difabel. Nah, dalam novel ini Maya digambarkan memiliki kepribadian yang tangguh dan bertekad kuat, apakah ada sosok yang menginspirasi dibalik tokoh Maya ini?
Nuning Soedibjo (A): Tentu saja. Tak bisa disebutkan namanya tapi dia selalu dikagumi oleh orang banyak tanpa dia sadari.

Stiletto Book (Q): Impian Maya ini kan lumayan tebal, Mbak. Butuh waktu berapa lama untuk menulisnya?
Nuning Soedibjo (A): Sebenarnya butuh beberapa bulan untuk menulisnya tapi memerlukan keberanian untuk menerbitkannya. Well, itu butuh waktu 10 tahun lamanya. Itupun sudah direvisi bolak balik. Gezz! But I am really glad that I can release that book.

Stiletto Book (Q): Wah cukup lama juga ya, Mbak, proses penulisannya. Selama 10 tahun tersebut, apa sih kesulitan dalam menulis novel Impian Maya ini, Mbak?
Nuning Soedibjo (A): Menampung segala aspirasi dari kaum tuli. Mereka adalah pribadi yang sangat solider walaupun mereka gampang tersinggung. Bagi saya, menulis harus hati-hati.

Stiletto Book (Q): Kalau Mbak Nuning sendiri, sudah sejak kapan suka menulis?
Nuning Soedibjo (A): Saya menggemari tulis-menulis sudah sejak SMP. Hehe..

Stiletto Book (Q): Kalau tidak salah, Impian Maya ini akan ada lanjutannya, ya, Mbak? Kasih sedikit bocoran dong, konflik-konflik apa lagi yang akan dihadapi Maya? Apa Maya akhirnya menemukan kekasih hatinya? Hehehe
Nuning Soedibjo (A):  Tentunya akan ada kelanjutan dari Impian Maya. Konflik bagaimana menyetarakan kaum tuli dengan kemampuan terbatas di dunia yang tak terbatas. Bagaimana caranya untuk mempersatukan kaum tuli dengan kaum mendengar, dengan segala macam miskomunikasi. Konflik cinta, masih seputar di ketiga laki-laki itu dan akhirnya Maya akan menikah dengan salah satu lelaki yang tak disangka sama sekali–yang pastinya akan menimbulkan satu konflik baru lagi. Bagaimana pernikahan antara orang tuli dan orang normal akan saling menyesuaikan.

Stiletto Book (Q): Wah jadi tidak sabar menunggu lanjutan Impian Maya! Terakhir nih, setelah Impian Maya selesai, ada rencana untuk menulis novel dengan genre lain nggak, Mbak?
Nuning Soedibjo (A): Ada, genre thriller. Saya selalu merasa tertantang untuk membuat penonton bergidik ngeri ketika membaca buku saya tapi selalu penasaran untuk mengetahui endingnya.

Stiletto Book (Q): Terima kasih, Mbak Nuning, sudah mau ngobrol-ngobrol dengan Stilovers. Semoga rencananya segera terealisasikan.

Nuning Soedibjo (A): Amin. Sama-sama, Stiletto 🙂

Nah, itu tadi wawancara seru Stiletto bersama Nuning Soedibjo. Kalau kamu masih penasaran, langsung baca novelnya aja. Novel Impian Maya sudah bisa dibeli di Toko Buku Gramedia, Togamas, dan Karisma atau order langsung ke Stilettobook.com. Nantikan program FreeTalk selanjutnya bersama penulis-penulis kece Stiletto Book lainnya ya!

Salam hangat,

Adila Silmi

Leave a comment